“Aku
mendapati diriku, sementara orang-orang telah berpencar dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,” tutur Muslimah tangguh ini memulai. “Tidak ada
yang tersisa,” lanjutnya sampaikan jumlah sahabat yang tinggal, “kecuali kurang
dari sepuluh orang.”
Di antara yang tinggal itu,
tuturnya meriwayatkan, “Aku, kedua putraku, dan suamiku berada di hadapan
beliau.” Kemudian, dengan gagah berani, sahabiyah ini menyerang musuh yang
mulai kocar-kacir, “Aku menghalau orang-orang dari hadapan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam yang mulai kocar-kacir karena kekalahan.”
Sangat pemberani. Meski
seorang wanita. Padahal, ia tidak memakai tameng (penghalang, pelindung dalam
perang). “Beliau,” lanjutnya penuh semangat, “melihatku tidak bertameng. Lalu
beliau melihat lelaki yang berlari membawa tameng.”
Nabi pun memerintahkan
kepada lelaki itu, “Jatuhkan tamengmu untuk orang yang mau berperang.” Dengan
sigap, Muslimah itu mengambil tameng, kemudian menggunakannya untuk berperang
melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Suasana pun semakin
mencekam ketika seorang pasukan musuh datang menyerang dengan menunggangi kuda.
Musuh itu berupaya sekuat tenaga untuk melukai sang Muslimah. Namun, “Aku menangkisnya sehingga pedangnya tidak melukaiku sedikit pun.”
Selain berhasil menangkis serangan musuh, Muslimah ini juga berhasil memukul lutut kuda musuh dengan pedangnya. Kuda pun terjatuh bersama dengan penumpangnya.
Musuh itu berupaya sekuat tenaga untuk melukai sang Muslimah. Namun, “Aku menangkisnya sehingga pedangnya tidak melukaiku sedikit pun.”
Selain berhasil menangkis serangan musuh, Muslimah ini juga berhasil memukul lutut kuda musuh dengan pedangnya. Kuda pun terjatuh bersama dengan penumpangnya.
Melihat kejadian itu, Nabi
berteriak. Memanggil anak sang Muslimah. Tak lama kemudian, anaknya datang dan
melawan musuh yang baru saja terjatuh dari kudanya. “Maka,” tuturnya
sebagaimana terdapat dalam Syiar A’lam an-Nubala’, “putraku menolongku hingga
laki-laki tadi pun mati.”
Seperti itulah keberanian
para sahabat wanita Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka turut serta
dalam jihad sebagai tim medis, penyedia logistik, dan pasukan tempur yang gagah
berani.
Tidak ada takut apalagi
gentar. Mereka benar-benar mendamba syahid di jalan Allah Ta’ala. Itulah
cita-cita tertinggi yang mengakar kuat di dalam hati mereka. Maka lantaran
benarnya niat, Allah Ta’ala mengganjar niat mereka dengan balasan terbaik.
Muslimah yang gagah berani
ini adalah Nasibah binti Ka’ab yang merupakan ibu dari Amarah. Semoga Allah
Ta’ala merahmati mereka dan menerima amal saleh yang dikerjakannya.
Post a Comment