Oleh: Atik Setyawati
Masih tentang betapa kewarasan seorang ibu harus benar-benar dijaga. Fitrah keibuan harus senantiasa terawat ibu yang penuh kasih sayang, lemah lembut dan selalu ceria dalam kehidupan sehari-harinya. Kehidupan berumah tangga dengan berbagai pernak-perniknya memang perlu disikapi dengan bijaksana. Ini butuh pembiasan, tidak serta merta bisa. Bukan tidak bisa tetapi bisa diupayakan selagi ada kemauan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan ibu agar kewarasan senantiasa terjaga. Fitrah keibuan terawat dengan baik.
Pertama, ibu selalu melibatkan Allah ﷻ pada segala suasana. Idrak silahbillah, kesadaran akan hubungannya dengan Allah. Segala aktivitas untuk menjalanlan ketaatan pada Allah. Ibu selalu bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar ketika menerima ujian. Memohon ampun dan rahmat dari Allah ﷻ.
Kedua, selalu berhusnuzhan terhadap kenyataan yang ada. Apa pun itu adalah yang terbaik dari Allah ﷻ. Selalu berpikir positif menghadapi apa saja. Ikhlas menjalani setiap takdir yang menimpa. Jangan biarkan virus negatif dari setan berada dalam benak. Baik virus itu dari setan yang tidak terlihat (jin) maupun setan yang terlihat (manusia). Mampu menangkal virus setan itu dan mengalahkan pemikiran negatif pada pemikiran positif. Ini butuh latihan.
Ketiga, ibu dapat bercerita baik terhadap Allah, diri sendiri maupun pada sesama. Bercerita adalah salah satu selfhealing untuk menormalkan kembali perasaan. Mengembalikan dan merawat fitrah keibuan. Ibu dapat menata kembali rasa kecewa, sedih, duka, merana dan sejenisnya. Bercerita ini banyak caranya. Bisa dengan berdoa setelah salat, membaca kisah-kisah orang terdahulu dalam Al-Quran, bercerita dengan orang yang dipercaya dapat memberi solusi. Atau, bisa juga dengan cara menuliskannya. Ceritakan pada diri sendiri, tulis apa yang diinginkan dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencapainya.
Keempat, berkumpul dengan ibu-ibu yang salihah. Energi positif yang ada pada jamaah dapat berkontribusi menghilangkan kedukaan yang dialami oleh ibu-ibu yang bermasalah dalam rumah tangganya. Tengoklah bagaimana sesama ibu menjalani hari-harinya. Boleh jadi teman lebih menderita daripada diri kita. Mereka bisa tetap bahagia menjalani kehidupan. Tidak larut dalam masalah tetapi mencari solusi dan melaksanakan solusi bijak yang diberikan. Percuma kan, banyak solusi tetapi tak satu pun yang dilaksanakan?
Kelima, afirmasi diri setiap hari. Pagi hari, ibu selalu mengatakan dalam dirinya bahwa hari ini adalah hari yang bahagia, penuh kenikmatan dari Allah ﷻ. Konsentrasi pada hal-hal yang dapat membuat bahagia. Sekali lagi, bersyukur adalah kunci utama meraih bahagia. Katakan, diri ini terlalu mahal untuk berduka! Diri ini adalah diri yang layak untuk berbahagia. Kapan? Saat ini dan seterusnya. Ada Allah yang selalu menyayangi.
Keenam, jangan pernah memiliki pemikiran negatif tentang rezeki anak-anak. Mereka adalah titipan Allah ﷻ yang dipercayakan pada ibu. Ibu adalah insan pilihan yang diberi amanah untuk menjaga, mengasuh dan mendidiknya. Allah yang menjamin rezeki mereka. Bila berjumpa dengan masalah, kembalikan semua pada Allah, insyaallah, akan ada solusi yang sangat indah dari-Nya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Quran Surat Al Isra ayat 31,
وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا
"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (QS. Al-Isra' Ayat 31)
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya.
Sungguh, jangan pernah merasa miskin akan rezeki anak-anak. Mereka pasti dijamin rezekinya oleh Allah. Ibarat kata, masih ada sepiring nasi di pagi hari adalah nikmat yang layak untuk disyukuri.
Ketujuh, libatkan diri dalam aktivitas berjamaah. Masalah yang menimpa keluarga kita hari ini bukanlah satu-satunya yang terjadi. Artinya, banyak keluarga yang memiliki masalah yang sama. Ini terjadi karena masalah yang menimpa keluarga hari ini bukan semata-mata masalah keluarga saja. Tetapi, ini adalah masalah sistemik yang terjadi. Ya, masalah akibat kehidupan kita saat ini berada dalam alam kapitalisme bersanding erat dengan sekularisme. Pemisahan agama dengan kehidupan menjadi inti persoalan keluarga. Sistem yang tidak sesuai fitrah manusia inilah yang menjadikan hilangnya fitrah keibuan. Jeburkan diri dalam aktivitas dakwah bersama jamaah. Berjamaah itu indah. Bila lupa ada yang mengingatkan, ada yang terus mengajak ibu untuk bersyukur dan berbahagia. Fitrah keibuan akan terjaga.
Tapi bagaimana solusi agar setiap ibu senantiasa terjaga sifat keibuannya? Tentu solusi itu ada pada sistem Islam. Bagaimana Islam sangat menjaga fitrah ibu dan keluarga. Jaminan terpenuhinya fungsi keluarga. Individu-individu yang bertakwa yang menjalankan sistem kehidupan dalam rangka beribadah pada Sang Pencipta. Tidak ada urusan yang tidak diselesaikan berdasarkan aturan-Nya.
Ibu terjamin kebutuhan hidupnya, terpenuhi kasih sayang dan cinta dari pasangan halalnya, terdidik dalam membina anak-anak, dapat beribadah kapan saja, merasa aman dan terlindungi dalam kehidupan sehari-hari, dapat berekreasi dengan gembira. Semua ini terjamin dalam kehidupan yang berlandaskan pada aturan Sang Pencipta. Tidak ada ibu yang menderita lagi karena kekurangan makanan maupun kasih sayang karena semua ibu dapat merasakan kebahagiaan bersama fitrah keibuannya. Indahnya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment