Oleh: Titin
Owner Angkringan Jahe Merah
Mari pahami, renungkan, sebarkan dan terapkan firman Allah ﷻ berikut agar tidak salah dalam menjabat:
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا ۚ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti? (Q.S. 28. Al-Qaṣaṣ : 60)
Bahwa apa yang diberikan Allah kepada manusia, baik berupa harta benda, pangkat jabatan, keturunan hanyalah merupakan kesenangan duniawi semata. Kehidupan dunia beserta segala perhiasan dunia ini dengan gemerlap sinar kebaikannya, belum tentu bisa menjamin keselamatan dan menjadi kebahagiaan bagi mereka kelak.
Sebab, sudah atau belum memenuhi standar untuk hidup enak di akhirat atau tidak? Oleh karena itu jangan abaikan waktu per detik, menit jam berikutnya tanpa memikirkan kehidupan menuju hidup akhirat. Sebab nyatanya kesenangan dunia waktunya hanya sesaat, setelah waktunya habis kita akan wafat padahal belum sempat menikmatinya (An-Nahl 96). Lihatlah si Karun dan si Fir’aun.
Nah, manusia sebagai makluk berakal harus pandai menentukan pilihan hidup. Janganlah salah memilih pilihanmu karena mengharap kebaikan dunia, padahal hal itu belum tentu jaminan kebahagiaan. Keserakahan membuat seorang menyingkirkan lawan agar lama menjabat. Hingga orang baik dipunahkan satu-persatu sebab menganggap jabatan dunia ini kekal tak berkonsekuensi akhirat.
Karena buta harta menjadikan pejabat melabeli para penghalang dengan radikal dan teroris? Ke balik bro yang menilai kebaikan hakiki adalah hak Allah ﷻ semata bukan manusia. Tugas manusia hanya taat syariat Islam, seruan dari Allah dan Rasul-Nya untuk menjalankan perintah dan larangan-Nya dengan sungguh-sungguh dan mampu mengalahkan jabatan kesenangan duniawinya.
Maka pergunakan akal, untuk berpikir yang mendalam, untuk menentukan pilihan sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Apakah menurutnya kesenangan dan jabatan di dunia dengan segala kenikmatannya itu dapat dinikmati dengan jatah waktu sangat singkat ini? Bukankah lebih baik mempergunakan jabatan untuk beramal agar meraih kebahagiaan kekal abadi dari kehidupan akhirat itu?
Sedangkan untuk Allah ﷻ itu lebih baik dan kekal di sisi-Nya. Jikalau begitu kesenangan jabatan duniawi seharusnya dijadikan batu lompatan menuju ke kebahagiaan hidup kekal di akhirat, utamakan kehidupan akhirat, kehidupan dunia hanyalah cobaan.
Firman Allah ﷻmenyebutnya:
لَٰكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ لِلْأَبْرَارِ
Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka akan mendapat surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai karunia dari Allah. Dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. (Q.S. 3.Āli 'Imrān : 198)
Alangkah senangnya orang yang menerima jabatan, yang termaktub dalam surat Ali Imran ini. Yaitu orang-orang yang mengamalkan perintah-Nya dan larangan-Nya. Mereka kekal di surga-Nya selama-lamanya.
Alangkah bahagianya mereka, karena di sisi Allah ﷻ itu sebaik-baik orang yang berbakti. Mengekang kesenangan dan jabatan dunianya. Meletakkan jauh apa yang orang lain genggam dari nafsu jabatan, kemewahan dan keserakahan yang mereka kejar. Sementara dirinya tak pedulikan diri dihinakan dan dikerdilkan. Sesungguhnya mereka hanya takut jika Allah ﷻ tidak pedulikannya kelak.
Nah semua tuntunan, peringatan dan hikmah sudah diturunkan, silakan tentukan pilihan yang terbaik dan kekal bagi anda.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment