Oleh: Alfi Ummuarifah
Tak terbayangkan oleh kita, saat itu kita masih menyaksikan saat langit rapuh dan menyusut. Semua hancur. Manusia yang kecil ini tak berdaya. Bahkan dia tak terlihat karena bumi pun bahkan cuma sebesar titik. Namun saat semua rapuh, disanalah akhir dunia terjadi menuju kehidupan selanjutnya yang abadi.
Masihkah kita tak percaya? Masihkah ragu atas berita masa depan ini? Masihkah kita menutup telinga, mata dan wajah kita atas seruan dari Allah ﷻ yang sudah jelas ini?
Wahai manusia, segeralah bertaubat. Segeralah memperbaiki diri. Semoga kita termasuk yang dimatikan terlebih dahulu saat kabut asap itu ada, dan bukan pada saat langit dan seluruh alam mengalami ledakan besar itu. Aamiin.
Marilah kita perhatikan ayat berikut ini, Al-Qur'an surat Al-Haqqah ayat 16 Menceritakan masa depan alam ini nanti:.
وَانْشَقَّتِ السَّمَآءُ فَهِىَ يَوۡمَٮِٕذٍ وَّاهِيَةٌ ۙ
dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi rapuh. (QS. Al-Haqqah Ayat 16)
Setelah gunung hancur dan bumi menjadi rata dan terbelahlah langit, karena dahsyatnya situasi saat itu maka pada hari itu langit menjadi rapuh.
Jika diperhatikan hukum-hukum Allah ﷻ yang berlaku di ruang angkasa, maka yang dikemukakan ayat ini sesuai dengan hukum itu.
Masing-masing planet di ruang angkasa itu mempunyai daya tarik-menarik. Dengan adanya daya tersebut, maka seluruh planet-planet menjadi selalu beredar pada garis edar yang tetap, tidak jatuh dan tidak menyimpang. Seandainya salah satu saja di antara planet yang banyak itu bergeser dari falaknya, maka hilanglah keseimbangan tarik-menarik yang ada antara planet-planet itu.
Maka planet yang kecil tertarik oleh planet yang besar. Terjadilah tabrakan antara planet-planet itu yang menghancurkan seluruh alam ini.
Kajian saintifik modern saat ini menyatakan bahwa jagad-raya seisinya ini diawali pembentukannya dari adanya singularity. Singularity adalah sesuatu dimana calon/bakal ruang, energi, materi, dan waktu masih terkumpul menjadi satu (manunggal).
Dentuman Besar (Big Bang) meledakkan singularity ini dan berkembanglah seperti spiral-kerucut yang terus-menerus berekspansi melebar dan melebar terus. Sejak Big Bang itulah, waktu mulai memisahkan diri dari ruang, begitu pula energi, materi, dan gaya-gaya, dan selama bermiliar-miliar tahun terbentuklah seluruh jagad-raya yang berisi miliaran galaksi.
Penyusutan alam semesta atau pemadatan (kontraksi) alam semesta diawali dengan alam semesta yang secara perlahan menyusut, di mana ruang, waktu, energi, materi, dan gaya-gaya akan bersatu kembali menjadi singularity.
Penyusutan ini makin lama makin cepat, dari dimensi waktu miliaran tahun, jutaan tahun, puluhan tahun, tahunan, bulanan, mingguan, harian, terus ke jam, menit, detik, mikro-detik dan akhirnya terjadi ledakan hebat yang disebut Big Crunch (Kompresan Besar) menjadi singularity kembali.
Jadi Big Crunch, adalah seperti Big Bang dalam arah yang berbalikkan. Proses penyusutan alam semesta menuju Big Crunch ini, berlangsung dengan periode waktu yang sangat lama, kemudian semakin cepat, dan super cepat.
Menurut Paul Davies, ketika alam semesta telah memadat sampai seper-seratus (1/100) dari luasnya yang sekarang ini, maka efek tekanannya akan mengakibatkan suhu yang meninggi sampai mencapai titik didih benda cair, maka bumi menjadi tempat yang tidak layak huni lagi.
Galaksi sudah tidak dapat dibedakan satu sama lainnya, karena mereka telah berfusi, dan merapat satu sama lainnya. Selanjutnya gerak kepadatan makin naik hingga mencapai titik api pijar. Pada saat inilah antariksa tampak bagaikan bola api plasma yang berpijar.
Kemungkinan inilah yang disebut dalam Surah al-Ma'arij bahwa "Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak."
Ketika terjadi proses ke arah Big Crunch itu, yaitu proses pemadatan atau penyusutan alam semesta, maka semua materi pecah kembali menjadi materi-materi fundamental seperti quark, elektron, dan sebagainya, gaya-gaya seperti gaya gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat, dan nuklir lemah mulai menyatu kembali.
Saat itulah benda-benda langit mulai kehilangan gaya-gaya gravitasinya, dan akibatnya terjadilah tubrukan-tubrukan dahsyat antar planet, sehingga bumi berbenturan dengan planet-planet lainnya, gunung-gunung berbenturan karena hilangnya gaya gravitasi yang menopangnya sehingga berbenturan sesamanya.
Langit antariksa mulai lemah karena ketiadaan topangan gaya gravitasi, dan mulai menyusut/mengerut dan retak/terbelah. Proses ini menimbulkan suara gemuruh dahsyat, yang dipuncaki dengan dentuman Big Crunch. Apakah sangkakala (sur) yang dimaksud adalah mulainya suara gemuruh ketika terjadi proses penyusutan ini? Wallahu a'lam bis-sawab.
Akhirnya setelah dentuman Big Crunch kembalilah ke singularity lagi, semua serba fana, kecuali Allah ﷻ, sebagaimana firman-Nya:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi Dzat Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal (QS. Ar-Rahman Ayat 26-27).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment