Oleh: Yati Azim
Seruan mengisi Ramadhan dengan berpuasa dikhususkan Allah ﷻ hanya bagi orang yang beriman. Keimanan ini yang kemudian mendorong mesin takwanya untuk melakukan sebuah perjalanan. Perjalanan yang menghantarkan kepada kebaikan dunia dan akhirat. Perjalanan ruhiyah yang langsung Allah ﷻ balas dengan pahala berlimpah dan berlipat ganda.
Bersyarat Iman membuat seorang manusia tak berani menyelisihi. Ia ikhlas dalam sabar meskipun tak makan maupun minum. Menahan hingga waktunya berbuka. Bersabar tetap melaksanakan ibadah, dan justru ibadahnya semakin kuat dibandingkan sebelas bulan lainnya. Sabar yang ia kerahkan pun mendapat keutamaan yang banyak. Sabar yang bernilai surga.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah: 183)
Kita patut bersyukur dengan waktu yang tak semua orang bisa memahaminya. Inilah rejeki yang patut kita syukuri. Rejeki hati kita yang lembut menerima seruan. Rejeki akal kita yang mampu memikirkan tentang jalan takwa. Rejeki kehidupan manusia yang terpilih. Terpilih untuk istiqamah berpegang teguh dengan seruan Allah ﷻ.
Maka, bersyukurlah pada waktu-waktu Ramadhan. Detiknya yang pasti menjanjikan. Bahwa, dibaliknya ada banyak barokah. Hati menjadi tenang hingga jiwa menjadi tentram. Dosa-dosa diampuni, pahala tak putus-putus.
Puasa bukan sekedar soal perut yang harus stop melakukan aktivitas. Bukan sekedar sehat yang kemudian mengiringi tubuh. Tapi puasa sebuah perintah Allah ﷻ yang layak kita junjung setinggi-tingginya. Yang kita kemudian senang dan tenang tanpa merasa beban.
Jika orang-orang sebelum kita saja berpuasa, baik dari kalangan Nabi dan Rasul semuanya pernah berpuasa. Lalu, kenapa kita tak mengambil seruan Allah ﷻ ini jua. Tentunya, kitapun ingin menjadi manusia yang selamat dari kerusakan jaman. Selamat dari kobaran api neraka.
Sungguh fitrah sejati manusia tak ada yang ingin merugi. Sedangkan jika kita mengisi Ramadhan dengan segenap keimanan maka keuntungan itu berlipat ganda. Ada banyak bonus-bonus yang menggiurkan. Keuntungan yang tak bisa dibandingkan dengan kelas bisnis sehebat apapun.
Maka, syukur inilah yang melahirkan fitrah suci seorang hamba yang dirindukan surga. Mensyukuri waktu untuk melakukan kebaikan dan amal sholeh. Selagi dunia masih menjadi lahan yang siap kita garap untuk memantaskan takwa.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment