BAGAIMANA MEMPERINGATI NUZULUL QUR'AN?
Oleh: Ulfah Nurhidayah *
Oleh: Ulfah Nurhidayah *
Kurang lebih pada 15 abad silam, di hening malam sepi bulan Ramadhan, terjadi pelantikan yang amat suci dan agung. Hanya akal dan ruhani yang bersih dan kuat yang mampu dilantik untuk tugas kerasulan akhir zaman. Dialah sosok Muhammad SAW yang memeroleh bukti penaltikan berupa Alquran.
Alquran adalah anugerah terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada umat Muhammad sebagai dokumen suci sekaligus pedoman hidup dan petunjuk (hudan) bagi manusia. Karena keagungannya itu, sudah selayaknya kita menyambut dan memeringati hari diturunkannya Alquran (Nuzulul Quran). Hanya, bagaimana caranya?
Cara terbaik menyambut dan memeringati Nuzulul Quran adalah dengan memperbanyak interaksi dengannya. Setidaknya ada tiga tahap dalam membangun interaksi yang mesra dengan Alquran:
Pertama, dengan selalu membacanya. Ramadhan adalah bulan Alquran (syahrul Quran), maka hiasilah ia dengan bacaan Alquran. Rasulullah SAW bersabda, "Bacalah Alquran! Karena sesungguhnya dia akan datang pada hari Kiamat sebagai penolong bagi para pembacanya. Bacalah Az-Zahrawayn; yaitu Al-Baqarah dan Ali Imran. Sebab keduanya akan datang pada hari Kiamat, seolah-olah dua awan atau dua telaga rendah atau dua kelompok dari urung berbulu, keduanya berhujjah membela para pembacanya. Bacalah surat Al-Baqarah! Karena sesungguhnya mengambilnya adalah berkah dan meninggalkannya akan membawa penyesalan." (HR Muslim).
Kedua, mentadabburi atau menghayati maknanya (termasuk menghapalnya). Ibnu Mas'ud berkata, "Barangsiapa ingin mendapatkan ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang, maka hendaklah dia menelaah (menghayati) Alquran." Idealnya, di bulan suci ini kita tidak sekadar membacanya, tapi berusaha (minimal) tahu artinya, lebih baik lagi bila kita paham. Tujuannya agar kita mampu mencapai tahap ketiga, yaitu mengamalkannya isinya.
Tiga tahap interaksi ini dilukiskan dengan sangat apik oleh Muhammad bin Ka'ab Al-Qarziy. Ia mengatakan, "Seseorang yang menerima berita Alquran, seakan-akan ia diajak berdialog oleh Allah. Ia akan membacanya seperti seorang hamba membaca surat dari tuannya yang ditulis untuknya. Sehingga dia akan memikirkan dan melaksanakan kehendak majikannya tersebut. Untuk itulah sebagian ulama berkata, Alquran ini adalah kumpulan surat yang datang kepada kita dari Dzat Yang Mahamulia. Kita layak memelajarinya di majelis-majelis ilmu; atau kita merenungkannya di kala sendiri; lalu mempraktikkannya dalam ketaatan dan sunnah-sunnah yang diikuti'."
Menurut para ulama Alquran, salah satu bagian dari mengamalkan Alquran adalah menjadikannya sebagai penawar (al-istisyfa' bi Alquran) dari berbagai penyakit hati (amradh al-qulub), seperti takabur, ujub, dendam, dengki, riya, dan lainnya. Allah SWT berfirman, “Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS Al-Israa' [17]: 82).
Tentunya kita berharap, kemeriahan Nuzulul Quran bukan euforia sekejap di malam 17 Ramadan, melainkan terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dan mesra antara kita dan Alquran. Karena, berinteraksi dengan Alquran berarti saa halnya bercumbu dengan Tuhan.
Post a Comment