Resensi: Menghentikan dan Mencegah Perpeloncoan


Judul buku : Menumpas Kekerasan Pelajar dan Mahasiswa; Menghentikan Perpeloncoan di Sekolah/Kampus
Penulis : Susan Lipkins, Ph.D.
Penerbit : Inspirita Publishing, Banten
Cetakan : Pertama, Juni 2008
Tebal : xi + 211 halaman.

Praktik perpeloncoan yang keterlaluan dan membahayakan, secara resmi telah dilarang oleh seluruh lembaga pendidikan. Namun secara riil, praktik perpeloncoan --atau setidaknya yang bernuansa perpeloncoan-- tetap saja kita jumpai di sekolah maupun Perguruan Tinggi.

Sebagian kalangan berapologi, “Praktik perpeloncoan sekarang adalah sah, karena sudah tidak sesadis dulu.” Dalam memandang perpeloncoan, persoalannya bukan semata sadis atau tidak, melainkan kurun hari-hari pertama bersekolah dan kuliah semestinya memberikan pengalaman belajar dan pendidikan yang benar, baik, dan bemakna bagi setiap peserta didik baru, bukan justru menebarkan simtom yang ikut mencerminkan betapa tidak terarahnya proses belajar dan pendidikan di negeri ini.

Jika diamati pada perspektif psikodinamika, terlihat betapa praktik perpeloncoan, terutama yang keterlaluan dan membahayakan, pada hakikatnya adalah ajang proyeksi impuls-impuls agresi, kekerasan, balas dendam, kebutuhan untuk menguasai, dan kebutuhan untuk disanjung yang bersarang dalam jiwa sebagian siswa atau mahasiswa senior serta sebagian pendidik.

Menyaksikan betapa perpeloncoan telah menjadi fenomena global, maka Susan Lipkins tergerak untuk menelisik persoalan perpeloncoan ini hingga ke akarnya, kemudian mencarikan solusi terbaiknya bagi dunia pendidikan. Dan hasilnya adalah buku yang amat fenomenal ini.

Ini adalah buku pertama yang pernah ada yang secara komprehensif mengupas tuntas seluk beluk kekerasan dan perpeloncoan. Sebagai psikolog, yang mengantongi pengalaman lebih dari 20 tahun dengan spesialisasi bidang anak dan remaja, Susan membuktikan komitmen, dedikasi, dan kepedulian dirinya terhadap pemutusan mata rantai kekerasan dan perpeloncoan di lingkungan dunia pendidikan.

Lewat karyanya ini, Susan mengajak pembaca memahami lebih dalam tentang perpeloncoan (hazing). Ia mengurai asal-muasal perpeloncoan dan perkembangan aksi perpeloncoan dari waktu ke waktu serta mengupas bagaimana dan mengapa perpeloncoan itu terjadi. Ia pun mencatat bahwa aksi-aksi berbau perpeloncoan telah ada di lingkungan pendidikan di Amerika sejak 1600-an.

Bahkan, tokoh sekelas Marthin Luther pun, pernah mendukung perpeloncoan. Luther beranggapan segala aksi perpeloncoan akan memperkuat siswa dan membuatnya siap menghadapi masa depan. Penulis juga menyertakan studi-studi tentang aksi kekerasan dan perpeloncoan yang dilakukan oleh universitas- universitas di Amerika.

Melalui buku ini, Susan memerinci secara gamblang metode dan teknik yang dapat digunakan para pendidik di lingkungan sekolah, kampus, dan juga orangtua untuk mencegah terjadinya perpeloncoan.

Selain itu, buku ini juga menguliti hingga habis tanda-tanda peringatan dini yang dapat membantu para guru dan orangtua mengenali gejala-gejala perpeloncoan, dan apa yang mesti dilakukan jika seorang anak terlibat dalam sebuah perpeloncoan baik sebagai korban, penonton (bystander), atau pelaku (perpetrator).

---------------------------------------
Tulisan ini dipublikasikan di harian Suara Merdeka pada Ahad, 20 Juli 2008.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan In-Feed (homepage)

" target="_blank">Responsive Advertisement