(Bantul) -- Dalam rangka haflah akhirussanah sekaligus juga mensyukuri kemerdekaan RI ke-63 serta menyambut kedatangan Ramadhan, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) dan Madrasah Diniyah (Madin) Adikarya Tarbiyatul Muslimin Al-Mujahadah (ATMAJADA) Ngeblak, Wijirejo, Pandak, Bantul, Yogyakarta, menggelar serangkaian kegiatan islami.
Kegiatan diawali pada Senin, 18 Agustus 2008 dengan agenda tunggal tadarus (semaan) Al-Qur’an atau khatmil Qur’an 30 Juz oleh seluruh santri, remaja masjid, dan masyarakat setempat. Tujuan utamanya --meminjam salah satu judul buku Quraish Shihab-- adalah untuk membumikan Al-Qur’an khususnya di wilayah Pandak dan sekitarnya.
Semaan Al-Qur’an dipusatkan di dua tempat, yakni Masjid Sabilunnajah untuk jamaah putra dan TPA/Madin ATMAJADA untuk jamaah putri. Semaan dimulai pukul 06.00 WIB dan dipungkasi pada pukul 19.30 WIB dengan tahlil, doa khatmil Qur’an, dan tausiyah oleh tokoh-tokoh Islam setempat.
Pada Rabu, 20 Agustus 2008, kegiatan dilanjutkan dengan Festival Jelang Ramadhan (FJR), yakni ajang lomba anak-anak Islam usia pra-TK hingga MTs/ SMP se-kabupaten Bantul. Adapun cabang lomba yang dikompetisikan adalah: Peragaan Busana Muslim, Cerdas Cermat Agama (CCA), Pemilihan Dai Cilik (Pildacil), Puitisasi Al-Qur’an, dan Mewarnai.
Sebuah prestasi yang spektakuler. Pasalnya, meski berada di kampung pedalaman, namun kreativitas ustadz-ustadzah TPA/Madin ATMAJADA yang bekerjasama dengan remaja Masjid Sabilunnajah tidak bisa dipandang sebelah mata. Lebih kurang 450 peserta utusan dari beberapa TK, TPA, Madin, MI/SD, dan MTs/SMP di kabupaten Bantul hadir dan berkompetisi di ajang lomba tersebut untuk memperebutkan trophy Bupati Bantul dan trophy NU Online.
Sebagai acara puncak, digelar mujahadah kubra dan pengajian umum. Mujahadah dipimpin oleh KH. Nawawi Abdul Aziz, sesepuh kota Bantul sekaligus pengasuh pondok pesantren An-Nuur, Ngrukem, Bantul. Sebelum memulai mujahadah dan tahlil, Kiai Nawawi mengingatkan para orangtua akan kewajiban mereka mendidik anak dan mengajarkan Al-Qur’an sedari dini.
Lebih lanjut, Kiai Nawawi melihat fenomena mengkhawatirkan di tahun-tahun terakhir ini. Orangtua tidak bangga lagi mendudukkan anaknya di bangku madrasah diniyah atau Taman Pendidikan Al-Qur’an. Bahkan mereka tidak lagi peduli pada pendidikan Al-Qur’an dan keagamaan anak. Karena orangtua lebih sibuk membawa anaknya ke lembaga les atau kursus untuk bisa menjawab soal-soal Ujian Nasional dengan gemilang. “Inilah nasib pendidikan madrasah dan TPA kita!” tandas beliau.
Selain itu, ragam acara telivisi juga perlu diwaspadai. Pasalnya, akhir-akhir ini anak lebih betah duduk di depan televisi dengan aneka tontonan yang kurang mendidik, daripada duduk di masjid, mushalla, TPA, atau madrasah untuk mengaji dan belajar agama.
Dalam kaitannya dengan tahlil, Kiai Nawawi berpesan kepada jamaah agar tidak termakan hasutan bebepara kelompok ekstrim yang mengatakan bahwa tahlil adalah bid’ah yang sesat, tahlil adalah perbuatan yang sia-sia. Beliau menandaskan bahwa tahlil yang kita kirimkan kepada para ahli kubur akan sampai dan sangat bermanfaat bagi mereka.
KH. Asyhari Abta, Ketua Syuriah PWNU DIY, yang dijadwalkan memberi mau’izhah hasanah pada puncak acara tersebut tidak dapat hadir. Karenanya, mau’izhah hasanah disampaikan oleh KH. Bustanul Arifin. Dalam mau’izhahnya, kiai muda dari Sleman ini lebih banyak menyoroti kemiskinan dan nasib buruk bangsa. Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah buruknya mental pejabat dan wakil rakyat yang lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan umat dan rakyat. Korupsi, ketidakadilan, dan kesewenang-wenangan adalah bukti riilnya.
Rentetan kegiatan ini didukung penuh oleh NU Online, PCNU Kabupaten Bantul, Muslimat NU Kecamatan Pandak, Bupati Bantul, Camat Pandak, KUA Kecamatan Bantul dan Pandak, serta seluruh pejabat kelurahan setempat. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) kabupaten Bantul pun ikut memberikan bantuan besar secara finansial maupun moral bagi terselenggaranya kegiatan tersebut. (irh)
Post a Comment