Beliau terlahir dari lelaki
yang mulia, Abu Bakar yang bergelar ash-Shiddiq, yang terpercaya. Ialah ayah
yang pertama kali beriman kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari
kalangan lelaki dewasa.
Di usianya yang masih muda, Muslimah ini pun mendapatkan karunia yang lebih baik dari dunia dan seisinya; menjadi istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam saat belum tersentuh sekali pun oleh lelaki lain-perawan.
Di usianya yang masih muda, Muslimah ini pun mendapatkan karunia yang lebih baik dari dunia dan seisinya; menjadi istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam saat belum tersentuh sekali pun oleh lelaki lain-perawan.
Sam’an bin ‘Uyainah
mengatakan, “Jika ilmu istri-istri Nabi yang lain digabungkan dengan ilmu para
sahabat Nabi dari kalangan laki-laki, niscaya ilmu ‘Aisyah binti Abu Bakar jauh
lebih banyak.” Tercatat, dari puluhan ribu hadits Nabi, ‘Aisyah meriwayatkan
2210 hadits di antaranya, diikuti Ummu Salamah sebanyak 378 hadits.
Tak ada yang mengetahui
kehidupan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melebihi pengetahuan sosok salehah
ini. Selain dinikahi sejak usia muda dalam keadaan perawan, Rasulullah juga
wafat di pangkuannya dalam keadaan bercampurnya air liur keduanya.
Mesranya. Maka, dari Ibunda nan mulia ini, kaum Muslimin pun mengetahui banyak riwayat terkait hal-hal pribadi hubungan suami-istri.
Mesranya. Maka, dari Ibunda nan mulia ini, kaum Muslimin pun mengetahui banyak riwayat terkait hal-hal pribadi hubungan suami-istri.
Abu Musa al-Asy’ari
menyebutkan, tidak ada hadits yang tidak dimengerti oleh kalangan sahabat, lalu
ditanyakan kepada Ibunda ‘Aisyah, melainkan beliau mengetahui maknanya secara
detail dan mendalam.
Bahkan, terkait tafsir
sebuah ayat, sebagaimana dituturkan oleh ‘Urwah bin Zubair (keponakan ‘Aisyah,
anak dari Asma’ binti Abu Bakar), “Aku tidak melihat seseorang yang lebih
mengetahui terkait tempat turunnya sebuah ayat, kewajiban, sunnah, syair,
kisah-kisah bangsa Arab, nasab, ini dan itu, bahkan pengobatan, melebihi
beliau.”
Ibunda Kaum Muslimin ini
juga amat menguasai bidang ilmu faraid (harta warisan), fikih, syair, bahkan
pengobatan. Terkait pengobatan ini, beliau mendapatkannya ketika merawat Nabi
yang sakit menjelang wafatnya. “Sesungguhnya ketika Rasulullah sakit,” akunya
kepada Hisyam bin ‘Urwah, “para utusan dari berbagai kabilah datang memberikan
resep pengobatan.” Dengan resep itulah beliau mengobati Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam.
Sebuah pesona nan
mencengangkan; muda, cantik, salehah, berilmu, bernasab tinggi, dimuliakan
penghuni bumi dan langit, terjamin atasnya surga atas rekomendasi Nabi akhir
zaman? Adakah tandingan dan bandingannya?
Maka layaklah jika beliau
disandingkan dengan Khadijah al-Kubra binti Khuwailid, Maryam binti ‘Imran,
Asiyah binti Muzahim, dan Fathimah binti Rasulullah sebagai para wanita
penghulu surga.
Post a Comment