Ini kisah tentang
keberkahan. Suatu ketika seorang Habib baru pindah rumah. Sayangnya lingkungan
yang baru Cuma berjarak satu kampong dengan sebuah komunitas ‘home industri’
esek-esek. Sebuah kampong yang rumah-rumahnya dijadikan mangkal dan tempat
PSK-PSK menjajakan diri. Tentu ini bukan satu komunitas yang nyambung dengan
segala aktifitas beliau sebagai seorang Habib .
Akhirnya,beliau yang memang
seorang da’I mau tidak mau melihat hal itu sebagai amanat dan segaligus
tantangan untuk bisa merubah kampung maksiat tersebut ,bagaimana kedepannya
bisa jadi kampung yang “Munjiyat”.
Maka suatu malam di kampung
itu, beliau buat acara Shalawat bersama. Temanyapun unik. PSK bersholaawat.
Panitianya tentu wanita-wanita nakal itu sendiri. Pake kerudung, tapi pakaian
yg dikenakan tetep ‘pakaian kerja’ yang seksi dan press body.
Ketik tiba saat
bertausyiyah beliau berkata dengan suara yang tergetar : “ Wahai
saudari-saudari sekalian. Antum semua adalah saudaraku semua. Kita lahir dari
ayah dan ibu yang sama. Ketahuilah, saya sungguh mencintai kalian semua. Saya
selalu sedih dan memikirkan kalian semua. Selalu berpikir keras bagaimana bisa
membantu kalian untuk bisa mencari nafkah dengan cara yang lebih baik dan lebih
terhormat dari pada pekerjaan kalian semula.
Hampir setiap malam aku
menangisi kalian semua . mendoakan kalian semua…”
Dan seterusnya…dan
seterusnya. Maka meledaklah tangis para PSK itu dan malam itu menjaadi malam
pertaubatan dari sebagian mereka. Pagi harinya berbondong-bondong mereka
mendatangi rumah beliau. Kali ini mereka sudah berpakaian yang sopan layaknya
wanita terhormaat. Mereka berkata :
“ Bagaimana sekarang kami
harus mencari nafkah, Bib?”
“ Begini saja. Kalian semua
ana kasih uang seratus ribu. Kalian buat modal jualan kopi panas di alun-alun
alun situ. Ana rasa, ini perlu kalian coba dahulu. Yang penting usaha yang
halal dahulu..kita lihat gimana hasilnya. Insyaaallah semua kher..” Kata Habib.
Mereka ahirnya dengan modal 100 ribu per orang itu mulai merintis usaha yang
baru. Ada yg jualan gorengan. Kedai teh atau kopi. Pokoknya usaha
kecil-kecilan.
Sebulan kemudin merekaa
kembali sowan kepada Habib. Mereka pada mengeluh :
“ Bagaimana ini Bib,
penghasilan kami setiap malam jualan di alun-alun sangat kecil. Cuma 50 ribuan.
Kalau dahulu, semalam bisa 300 sampai 500 an. “
Habib hanya tersenyum : “
Ana Tanya,kalian jawab dengan jujur. Coba, dulu kalian waktu masih mangkal
dapat uang banyak segitu bisa untuk belanja berapa hari.?”
“ Belum sehari sudah
habis,Bib. Ya kebanyakan buat senang-senang ,lah” Jawab mereka.
“Kalau sekarang,uang 50
ribu itu bisa sampe berapa hari ?” Tanya beliau.
“Alhamdulillah, lha koq
cukup buat tiga atau empat hari. Itupun anak-anak dirumah bisa nabung ,Bib”
Jawab mereka. Habib kembali tersenyum.
“ Tuh,lihat. Kenapa uang
yang lebih sedikit koq nyatanya lebih bermanfaaat daripada yang lebih banyak.
Itu namanya halal dan berkah. Uang kalau tidak berkah itu akan kurang
manfaatnya, habis buat sesuatu yang gak ada juntrungnya lalu dengan cepat
tiba-tiba habis begitu saja.”
Para mantan kupu-kupu malam
itu akhirnya memahami bahwa kehidupan ekonomi mereka sebenarnya saat ini secara
kwalitas sudah meningkat disaat secara kwantitasnya dikatakan turun drastis.
Ternyata ini adalah rahasia sebuah keberkahan.
Dan Alhamdulillah
nya,sekarang kampung itu sudaah bersih dari kemaksiatan prostitusi berkah
dakwah yang persuasive dari sang Habib. (mungkin kalau pakai cara represif
belum tentu berhasil seperti sekarang). Dan Habib itu tidak lain adalah Al
Habib An Najib Syech bib Abdulqdir bin Abdurraaahman assaagaf dari Solo Jawa
Tengah. Sang pemilik suara emas yang tiada duanya…………….
“SHOLAATUN…BISSALAAMIL
MUBIN. LINUQTHOTIT TA’YIIN …YAA GHOROOMIY”
Sumber : Guru Besar Sarkub
Dr Muhajir Madad Salim, Mkub
Sumber :
Post a Comment