LUASNYA ILMU DAN NIKMAT ALLAH ﷻ


Oleh: Ummu Taqiyya

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (QS. Al-Kahf 18: 109)

Pernahkah melihat buku yang berjilid-jilid? Atau kitab para ulama yang berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus? Tentu pernah ya, meskipun hanya gambar atau covernya aja.

Pernah terpikir tidak seberapa banyak tinta yang dihabiskan untuk menulis buku atau kitab-kitab itu? Apalagi zaman dahulu belum ada pena atau tinta printer dan full menggunakan tinta yang cair. Pastinya banyak sekali tinta yang harus dipakai.

Nah, dalam ayat ini Allah ﷻ menyatakan bahwa seandainya lautan itu menjadi tintanya, dia tidak akan mampu menuliskan ilmu Allah ﷻ yang begitu banyak.

Bayangkan jika manusia ingin menuliskan seluruh ilmu yang ada di alam semesta, seberapa banyak kertas, tinta, atau pita magnetik dan prosesor yang harus disediakan manusia.

Memang pada zaman digital saat ini, manusia dimanjakan dengan berbagai kemudahan mencari informasi dan ilmu pengetahuan. Namun bukan berarti semua ilmu di alam semesta ini sudah terpecahkan dan bisa dipelajari dengan mudah. Faktanya masih banyak ilmu pengetahuan yang belum tergali dan masih menjadi teka teki hingga saat ini.

Misalnya misteri di bawah Palung Mariana, yaitu bagian laut terdalam yang ditemukan manusia, nyatanya masih menjadi wacana, ada apakah di palung tersebut atau seberapa dalam lagi palung itu.

Contoh lainnya adalah bertemunya air laut dan tawar di Laut Merah. Pertemuan itu seperti ada dinding pembatas yang tidak menyatukan dan mencampurkan keduanya. Padahal kedua air itu bertemu dan beriak bersama. Banyak teori yang menjelaskan hal itu, namun sebab pastinya masih belum bisa dibuktikan kebenarannya.

Ini sekelumit kecil peristiwa atau gejala yang diketahui manusia tapi masih menjadi misteri. Masih banyak di alam semesta ini ilmu-ilmu yang belum terpecahkan. Misalnya adakah makhluk Allah ﷻ lainnya di planet lain atau di angkasa. Atau ada berapa banyak sistem planet atau bintang di sistem tata surya alam semesta ini. Semua itu masih menjadi misteri bagi manusia.

Itu dari sisi ilmu Allah ﷻ yang luas. Bagaimana dengan nikmat Allah ﷻ untuk seluruh alam? Ini jauh lebih tidak bisa dihitung. Nikmat Allah ﷻ bagi manusia saja sudah tidak terhingga banyaknya apalagi bagi alam semesta. MasyaAllah.

Hikmah ayat ini adalah kita sebagai orang yang mengaku beriman tidak boleh kendur untuk menuntut ilmu. Karena kita tahu bahwa ilmu Allah ﷻ itu sangat luas, maka kita harus rajin dan istikamah menuntut ilmu. Semua ilmu yang bisa kita pelajari maka pelajarilah.

Rasulullah ﷺ menginformasikan banyak sekali keutamaan ilmu yang harus diketahui kaum muslimin. Keutamaan ilmu dan mempelajarinya diantaranya:

1. Ilmu itu sumber kebaikan sebagaimana hadist:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam masalah agama (ini). (HR Bukhari dan Muslim).

2. Memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Allah sesuai ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah 58: 11)

3. Ilmu adalah warisan para nabi, orang yang terbanyak memiliki ilmu mendapat bagian terbesar dari warisan tersebut? Sesuai hadist:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no. 2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di dalam Sunan-nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-nya, serta dinyatakan sahih oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Shahih Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih at-Targhib, 1/33/68)

4. Menuntut ilmu adalah salah satu jalan menuju surga. Sebagaimana hadist:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR Muslim, no. 2699).

Karena begitu berharganya ilmu, Allah ﷻ memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk meminta kepada-Nya agar ditambahkan ilmu. Sebagaimana ayat:

فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ ۗ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَىٰ إِلَيْكَ وَحْيُهُ ۖ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan".(QS. Thaha 20: 114).

Dengan demikian, kita harus bersemangat menggali dan mengkaji ilmu Allah ﷻ yang demikian luasnya supaya kita bisa meraih keutamaan-keutamaan itu.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan In-Feed (homepage)

" target="_blank">Responsive Advertisement