Oleh: Sri Purwanti
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Al-Baqarah Ayat 286)
Manusia dalam masa hidupnya memang tak lekang dari masalah dan beban. Beban tersebut Allah ﷻ berikan sesuai kesanggupannya.
Kemudian, Allah ﷻ pun menyiapkan pahala atas amalan baik yang dikerjakannya, serta siksa sesuai dengan kejahatan yang diperbuatnya.
Sejatinya, setiap manusia lahir dalam keadaan fitrah, suci semuanya. Maka sudah sepantasnya bahwa manusia itu cenderung untuk melakukan kebaikan. Meski memang potensi berbuat buruk pun bisa dilakukan.
Sebagai seorang muslim, yang sudah memahami islam sebagai way of life. Tentu wajib setiap orang menjadikan islam sebagai landasan dalam bertingkah laku. Dengan begitu, segala tindak perbuatan akan mudah diarahkan pada hal-hal yang sesuai kehendak Allah ﷻ semata.
Tatkala melakukan perbuatan buruk, tabiatnya semua orang pasti akan merasa tidak nyaman. Merasa gelisah, takut diketahui, perasaan bersalah dan berdosa, dan lain sebagainya. Wajar, karena perbuatan itu tidak sesuai dengan apa yang Allah ﷻ perintahkan.
Hanya saja, kalau kita perhatikan saat ini. Sistem kehidupan seolah mendukung perbuatan buruk tersebut. Jika pelakunya tidak memiliki keimanan yang mendarah daging, pasti akan mudah goyah, lalu merasa cobaan itu sangat berat baginya. Padahal allah tidak mungkin salah dalam memilih pundak untuk diberikan beban yang sesuai.
Ketika diberikan ujian, yakinilah. Bahwa memang itu jatah kita. Kita akan kuat melaluinya. Jangan lupa meminta kekuatan dari Allah ﷻ, sang pemilik alam semesta. Semoga dimampukan.
Emm, terkait dengan melakukan amalan baik. Banyak sekali kewajiban kita. Salah satunya sebagai seorang muslim kita wajib mempelajari agama kita. Agar bisa menerapkannya dengan semaksimal mungkin. Bukan begitu?
Setelah paham. Kita pun diperintahkan untuk mengamalkan, juga mensyiarkannya. Dakwah!
Allah ﷻ pun menyebutkan kita bisa menjadi umat terbaik dengan dakwah ini. Yaitu melakukan amar ma'ruf. Mengajak kepada kebaikan. Dan juga mencegah dari kemungkaran.
Berat? Banyak tantangan?
Ya sudah pasti begitu. Perbuatan baik, tentu akan ada yang memberatkan. Kan ini juga bentuk ujian Allah ﷻ, apakah kita mampu atau tidak melakukannya. Lolos atau tidak menaklukannya. Agar bisa menerima blasan istimewa dari Allah ﷻ, berupa pahala yang berlimpah.
Kita pasti bisa!
Seberat apa pun ujian yang menerpa saat melakukan dakwah, sadarlah. Itu tidak seberapa dengan apa yang menimpa Rasulullah ﷺ.
Dicap gila, penyihir, anti persatuan, pemecah belah, makar, penyebar agama bukan dari Allah ﷻ. Juga penganiayaan, bahkan boikot panjang. Ah kita mah, tidak pernah merasakannya.
Maka dari itu, jangan kendorkan semangat menebar kebaikan. Kamu, kita adalah orang yang Allah ﷻ pilih untuk melaksanakannya. Tanda Allah ﷻ sayang.
Kalaupun memang terasa sangat berat, jangan lupa berdoa pada-Nya. Agar diberikan jalan kemudahan. Jangan sampai hentikan langkah.
Semoga kita semua diberikan keistikamahan.
Aamiiin.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment