Oleh: Ramsa
Dakwah itu seruan kepada teman, keluarga dan kenalan. Seruan atau mengajak bersama belajar islam yang kaffah. Belajar tentang aturan ibadah dan aturan hidup yang beraneka macam. Karena aku sayang engkau, maka aku mengajakmu belajar saling mencintai, karena dakwah itu cinta.
Banyak yang beranggapan bahwa dakwah itu haknya da'i, ustaz, mubaligh atau kyai saja. Padahal dalam pandangan islam dakwah itu kewajiban setiap muslim yang balig dan berakal. Dakwah itu mengajak dan merangkul agar taat sama-sama dan mencegah orang lain berbuat jahat. Standar baik dan jahat jelas dari aturan Allah Ta'ala dan RasulNya.
Kenapa kita mesti dakwah? Apa untungnya? Dakwah itu bagian dari memproses diri untuk kenali perintah dan larangan Allah, menggembleng diri untuk telaten mengenali syariat islam. Lalu apa untungnya berdakwah? Capek iya. Jadi dari modal kita berkata-kata atau tulisan yang kita bagikan di sosial media sebagai wasilah dakwah ada kok untungnya, yakni tersebarnya islam, terjaganya pemikiran islam dan tentu bisa jadi perantara petunjuk bagi seseorang. Saat kita jadi perantara kebaikan atau perantara petunjuk kita sudah panen pahala insyaAllah.
Contohnya saja, ada seseorang yang belum ngeh tentang larangan tidur bersama bagi anak-anak usia 7 tahun. Lalu kita sampaikan bahwa dalam syariat Islam tepatnya hadis Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang menjelaskan tentang larangan tidur bersama atau tidur satu ranjang. Maka tatkala seseorang tahu hal ini dari kita niscaya kita dapat ganjarannya dari Allah Ta'ala. Balasan orang berdakwah itu mirip seperti pola rekrut multi level marketing (MLM).
Dakwah itu bermacam-macam. Mau fokus ke dakwah individual dengan cukup tahu amalan pribadi, melatih amal ibadah sendiri dan berusaha saleh sendirian, atau mau ajak orang lain shaleh bersama ini yang lebih utama. Bisa dengan dakwah tentang pergaulan, atau mengajak orang lain pahami ekonomi islam atau juga mengkaji bareng aturan islam dalam hal sains dan teknologi. Semua adalah bagian dari dakwah.
Sosok sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang begitu ringan berdakwah tanpa di suruh adalah Abu Dzar Al ghifari radhiyallahu anhu. Sesaat setelah beliau bersyahadat tanpa dikomando beliau langsung menyeru kaum musyrikin Makkah untuk masuk islam. Akibatnya beliau dipukuli hingga berdarah. Tapi karena sudah cinta dakwah, besoknya tetap berdakwah mengajak orang-orang di sekitarnya belajar islam kaffah.
Begitu banyak muslim yang belum kenal aturan agamanya sendiri. Banyak yang belum mengerti syariat tapi gak mau cari tahu, nah di kondisi seperti ini lah banyak dibutuhkan pendakwah dan sarana dakwah agar indahnya islam bisa diketahui, dirasakan dan dirindukan. Banyak muslim yang secara keturunan beragama islam tapi tidak memahami bahwa jilbab atau gamis itu wajib, kerudung atau khimar itu wajib atau fardhu ain sebagaimana sholat.
Masih ada aja yang menganggap bahwa iman itu bisa diwarisi dari orang tua. Jika orang tuanya berilmu dan alim, akan menganggap anaknya pun akan jadi alim. Tidak perlu ngoyo cari ilmu atau gabung dalam dakwah, toh Ilmu agama itu sudah cukup dari orang tuanya.
Sering kali kita dengar ungkapan bahwa “saya belum bisa dakwah, ilmu saya masih sedikit, belum percaya diri, fokus saja perbaiki diri sendiri.” Ini merupakan tantangan dakwah yang wajib ditaklukkan. Kita tidak boleh kalah dengan penyebar maksiat yang setiap saat merusak pemikiran generasi islam. Ingat pesan kanjeng Nabi shalallahu alaihi wassalam :
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat.” (HR. Bukhari no. 3461)
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam bersabda,
فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad)
Berusaha berdakwah sesuai kapasitas masing-masing.
ذَٰلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ۗ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ ۗ وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ
“Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Asy-Syura Ayat 23)
Dakwah itu bisa membuat lelah, maka jadikanlah lillah, ingat kata-kata mutiara baginda Rasulullah bahwa dunia ini untuk berlelah-lelah. Karena surga lah tempat istrihat terbaik dengan segala kenikmatannya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment