Oleh: Ramsa
Dakwah itu medannya pasti berliku. Kita akan menemukan kerikil, batu bahkan bisa menemukan berbagai tantangan yang jelas terlihat. Bisa juga tantangan yang tidak terlihat tapi jadi penghalang besar.
Salah satunya adalah daerah nyaman atau comfort zone. Saat seseorang berda pada posisi nyaman tentu akan sulit peka dan empati pada kondisi sekitarnya. Akan cenderung cuek dan beranggapan asal saya senang asal saya nyaman. Inilah penghalang besar bagi pengemban dakwah.
Ketika terjebak dalam arena nyaman inilah, mulai merasa saya baik-baik saja. Tidak usah urusi orang lain. Dalam posisi seperti ini dibutuhkan hadirnya seorang sahabat taat yang akan menunjukan betapa hidup nyaman sendiri adalah bentuk ketidaktaatan pada perintah Allah dan RasulNya.
Jika kita menengok sejarah panjang perjuangan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam dan sahabatnya Radhiyallahu anhum, ada banyak potret luar biasa, mereka berani meninggalkan zona nyaman dan beraksi. Melawan kemaksiatan yang merajalela. Berani menantang diri berjuang keluar dari zona nyaman.
Sebut saja nama Mush'ab bin Umair Radhiyallahu anhu, beliau bangsawan, kaya, terpandang hidup mewah dan semua keinginannya dengan mudah bisa dipenuhi, karena iman dan islam lebih dominan pada dirinya, beliau rela tinggalkan segala kemewahan dan hidup dalam keterbatasan.
Beliau rela mempetaruhkan nyawanya saat memulai dakwah di hadapan pemuka suku Aus dan suku Khajraj di Yastrib. Beliau tidak takut saat diancam akan dibunuh. Sikap beliau begitu tenang. "Dengarkan dulu apa yang saya katakan, jika engkah tidak suka, maka engkau boleh membunuhku". MasyaAllah, sikap seorang ksatria sejati. Tidak takut mati karena tahu bahwa ide yang dibawa merupakan sesuatu yang benar, layak diperjuangkan.
Inilah salah satu potret pejuang Islam yang teguh imannya, kuat keyakinannya pada janji Allah Ta'ala dan yakin sepenuh hati akan bisyarah atau kabar gembira dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Jelas baginya jalan menuju surga. Jalan panjang dakwah dijalani karena paham bahwa dakwah merupakan pintu yang luas menuju surgaNya.
Generasi muda, milenial mestinya pun punya satu kesamaan visi misi dalam hidup, yakni beramal terbaik dengan dakwah, berjuang sungguh-sungguh untuk dakwah karena semata mendamba ridha Allah ﷻ, merindu Nur wajah-Nya.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushilat : 30)
Memahami ayat ini, menjadikan diri ini merasa kecil, begitu tak layak melabeli diri sebagai pengemban dakwah. Karena masih berkutat dengan hal-hal kecil, urusan pribadi, urusan duniawi yang tak kunjung usai. Yaa Rabb ya muqalibal qulub, tetapkan hati kami dan jadikan kami berani, mau berjuang tanpa takut, tanpa was-was. Engkaulah zat peneguh hati.
Jadikan kami konsisten dalam iman dan kebenaran. Siap berjuang melawan halangan diri dan totalitas dalam membela umat. Menguatkan ibadah dan kedekatan pada-Mu ya Rabb agar kelak bisa memandang wajahmu dengan tenang. Layakkan kami berdiri sebagai pembela agama-Mu. Jauhkan dari sikap malas, angkuh dan kemaksiatan kecil yang tidak kami sadari. Jadikan kami berani dalam mengungkapkan ayat-ayatmu untuk mengatrakan pada kebangkitan umat.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment