MELARANG ORANG MENDENGARKAN


Oleh: Alfi Ummuarifah

Baru-baru ini ada sikap tak baik antara beberapa orang muslim yang satu dengan muslim yang lain. Semacam pelarangan untuk mendengar isi ceramah ustadz A, B, C dan lainnya. Ada puluhan ustadz dan ustadzah yang terpampang namanya di sana. Mulai dari ustadz yang domisili di Jakarta, Riau, Bogor hingga Bandung dan Surabaya.

Nama-nama itu dimasukkan daftar yang ceramahnya tak boleh didengar. Masyarakat dibuat takut. Orang yang berfikir jernih akan melihat bahwa ini adalah usaha untuk sabotase perjuangan Islam yang disuarakan ustadz itu. Masyarakat menjadi bingung, kacau dan terpecah.

Inilah upaya penyesatan manusia agar tak banyak yang kembali ke jalan Allah. Inilah makar dari manusia yang harus dilawan dengan opini yang benar.

Apa yang salah dari isi ceramah ustaz dan ustadzah itu. Mereka semua insyaAllah lurus. Menyampaikan Islam apa adanya. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an dan As-sunah. Upaya membuat kebingungan ini jelas adalah bagian dari arus utama dari program moderasi beragama yang kian sering digencarkan. Sesungguhnya perang opini sedang terjadi secara massif.

Upaya itu juga nampaknya sekaligus membuat "sepi isu" IKN, isu lain yang ditolak masyarakat. Kerja semacam ini untuk menenggelamkan isu utama. Wajar dalam dunia media yang setirnya dipegang segelintir orang. Sebab untuk meraih opini tujuan, upaya mengalihkan isu adalah hal biasa.

Urusan Toa, lalu terorisme sering digunakan untuk pengalihan isu lama agar mudah berjalan dan sebagaimana yang sesungguhnya ini iklan gratis. Sifat manusia jika dia dilarang terkadang justru menjadi penasaran. Ingin mengetahui apa yang dilarang itu. Apakah benar yang dilarang itu?

Sikap inilah yang mendorong masyarakat semakin "kepo" ingin mengetahui sampai sejauh mana kebenaran opini itu. Biarlah itu menjadi iklan gratis agar dakwah kaffah yang diserukan ustadz dan ustadzah itu semakin tenar. Pada setiap kesulitan ada dua kemudahan bukan?

Ingatlah dahulu saat 3 orang tokoh kaum musyrik mengendap-endap mendengarkan bacaan Al-Qur'an Nabi ﷺ ketiga tokoh tersebut adalah Abu Jahal bin Hisyam, Abu Sufyan bin Harb, dan Al-Akhnas bin Syariq. Kisahnya diabadikan di Al-Qur'an dan sirah. Mereka bertemu malam itu, lalu berjanji untuk tidak datang lagi, namun ternyata mereka muncul lagi. Semakin dilarang, semakin pula membuat penasaran.

Demikianlah saat ini juga. Bersiaplah mendengarkan jutaan orang yang "kepo" pada daftar ustadz dan ustadzah itu. Mereka membuat makar, namun makar Allah lebih kuat.

Lihatlah Al-Qur'an surat Al-An’am ayat 26 ini. Menceritakan kejadian hari ini. Percayalah Allah ﷻ lebih kuat untuk di imani daripada mempercayai isu yang belum tentu benar.

وَهُمْ يَنْهَوْنَ عَنْهُ وَيَنْأَوْنَ عَنْهُ ۖ وَإِنْ يُهْلِكُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari. (QS. Al-An'am 6: 26)

Dahulu orang-orang kafir dan orang-orang yang menyekutukan Allah itu, melarang, menghalangi, dan mengancam orang lain mendengarkan Al-Qur'an dan untuk diri mereka sendiri dengan kesadaran dan tekad yang bulat menjauhkan diri dari Al-Qur'an, Rasulullah, dan ajaran Islam. Sejatinya mereka, dengan menjauhkan diri dari ajaran Islam, hanya akan membinasakan diri mereka sendiri dengan membiarkan dirinya dalam kesesatan, sedangkan mereka tidak menyadari sikap mereka yang membinasakan diri sendiri itu.

Ayat ini menjelaskan, bahwa mereka tidaklah berhenti mendustakan ayat-ayat Al-Qur'an dan memandangnya sebagai sihir, bahkan mereka mencegah orang lain mendengarkan serta menghasutnya.

Semua itu agar orang-orang itu tidak tertarik kepada Al-Qur'an yang indah bahasanya dan maknanya yang padat melebihi bahasa penyair-penyair mereka, sehingga pemimpin kaum musyrik itu merasa khawatir terhadap pengaruh gaya bahasa Al-Qur'an itu kepada pendengarnya.

Mereka menyadari bahwa kesempatan untuk memperhatikan ayat Al-Qur'an itu berarti kesempatan untuk menanggapi mukjizatnya, karena itulah mereka menghalangi orang lain.

Di samping mencegah orang lain, mereka sendiri menjauhkan diri dari Al-Qur'an, untuk menunjukkan bahwa mereka sangat menentangnya dan untuk menguatkan larangan mereka.

Meskipun orang-orang musyrik telah berusaha dengan pelbagai cara untuk memadamkan cahaya Islam, mereka tidak akan berhasil. Bahkan Allah ﷻ menyatakan pada akhir ayat ini, bahwa tindakan mereka bukanlah menghancurkan Islam tetapi menghancurkan diri mereka sendiri tanpa mereka sadari.

Peringatan akan kehancuran mereka ini beberapa tahun kemudian terbukti kebenarannya dalam berbagai peperangan dan kemenangan di pihak Rasulullah ﷺ.

So, tak usah takut.

Tak usah ragu. Sesungguhnya jalan dakwah itu berulang. Kemenangannya pun berulang. Yakinlah, sahabatku. Mereka sedang membangun kegagalan mereka sendiri. Jadilah pelakon dan saksi di jalan perjuangan ini.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Post a Comment

Previous Post Next Post

Iklan In-Feed (homepage)

" target="_blank">Responsive Advertisement