Oleh: Yuyun Rumiwati
Salah satu rukun iman adalah beriman kepada kitab-kitab Allah. Meyakini bahwa kitab Al-Qur'an, Jabur, Taurat dan Injil adalah kitab yang Allah turunkan kepada para nabi dan Rasul-Nya.
Untuk mengimani kebenaran Al-Qur'an sebagai Kalamullah. Perlu ilmu, agar keyakinan yang kita peroleh menjadi keyakinan yang mantap dan melahirkan keimanan yang produktif. Keimanan yang melahirkan kecintaan untuk terus membaca, mengkaji, mengamalkan hingga menyebarkanya.
Adapun untuk mengimani Al-Qur'an dengan dalil aqli. Berbeda dengan keimanan kita kepada kitab-kitab Allah yang lain, maka dalil yang kita pakai adalah dalil naqli (Kitab, Syaksiyah 1: Taqiyuddin An-Nabhabi)
Mengapa ada perbedaan dalil yang dipakai dalam menyakini Al-Qur'an dan kitab-kitab sebelumnya?
Karena Al-Qur'an secara fakta keberadaannya bisa kita Indra hingga sekarang dengan segala kemu'jizatannya. Al-Qur'an menjadi benteng pertahanan keamanan seorang muslim dalam mengarungi kehidupan agar tetap lurus sesuai tujuan penciptaannya.
Adapun keimanan terhadap kitab-kitab sebelumnya. Maka untuk meyakininya kita menggunakan dalil naqli. Yaitu dalil yang tercantum dalam Kalam ilahi. Kenapa berbeda dalil yang dipakai untuk meyakini Al-Qur'an?
Karena secara nyata bahwa selama Al-Qur'an keberadaan nya bisa diiindra hingga kini berserta kemukjizatanya. Sedangkan kitab-kitab Sebelumnya terjadi di waktu lalu, yang keberadaannya tidak bisa dijangkau oleh Indra saat ini. Malah meyakini keberadaannya tentu dengan Khabar dari dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an.
Secara khusus untuk mengimani bahwa Al-Qur'an adalah Kalamullah yaitu dengan menjawab beberapa kemungkinan. Apakah Al-Qur'an buatan Rasullah Muhammad ﷺ, buatan orang Arab, orang non Arab atau Kalamullah.
Adapun kemungkinan bahwa Al-Qur'an buatan Rasullah Muhammad ﷺ adalah bathil karena secara fakta Rasullah ﷺ adalah umi dan model bahasa Al-Qur'an dan hadist gaya bahasanya berbeda.
Lalu, kemungkinan bahwa Al-Qur'an buatan orang Arab juga bathil mengingat Allah ﷻ sendiri menantang orang-orang kafir Quraisy untuk membuat satu ayat saja tidak bisa satupun orang Arab yang bisa membuatnya. Di dalamnya tentusaja termasuk Rasullah ﷺ.
Adapun kemungkinan Al-Qur'an berasal dari orang Azm (non Arab). Kemungkinan ini terbantahkan, karena secara fakta Al-Qur'an berbahasa Arab. Mana mungkin dibuat oleh orang yang non Arab.
Jika kemungkinan 1,2,3 adalah salah, tentu secara akal dan ilmu bahwa tinggal satu kemungkinannya Al-Qur'an adalah kitab Allah. Keyakinan secara aqliyah akan melahirkan jiwa mantap dalam mengimaninya dan menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang-orang berimanan yang berjalan kepada jalan yang lurus. Allah ﷻ berfirman :
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ ۗ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Surat Al-Hajj Ayat 54)
Keimanan yang ditemukan dengan dalil aqliyah akan menancap kokoh. Dan melahirkan hati untuk taat dan tunduk terhadap Al-Qur'an tersebut.
Demikian peran ilmu sebagai wasilah untuk memperkuat keahlian maupun kemantapan seorang mukmin.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Post a Comment